Jati diri adalah Sesuatu yang menggambarkan secara esensial tentang seseorang seperti karakter, sifat, watak, kepribadian dan moralnya (wikipedia). Nah biasanya anak-anak seumuran kita ini yang menjalani masa remaja (anak-anak menjelang dewasa), merasa kebingungan, siapa diri kita, kita bertanya-tanya dalam hati, apa si gunanya aku hidup, apa si tujuannya?
Ketika masa se usia kita ini, kita mulai merasa
dewasa. kita mulai berpikir kritis dan tidak akan gampang menerima perkataan
atau pendapat orang-orang yang usianya lebih tua tanpa argumentasi yang
memuaskannya. Kemudian perasaan-perasaan yang tidak seharusnya muncul dan
berubah menjadi keresahan-keresahan.
Perasaan cemas yang
berlebihan (galau bahasa gaulnya)
Perasaan ini muncul karena faktor psikis yang melanda orang-orang seumuran kita ini yang menuju masa dewasa, entah apa penyebabnya karena saya kurang begitu tau. Tapi biasanya kita sendiri lah penyebabnya, dengan kata lain kita membuat masalah sendiri dalam pikiran kita kemudian terlarut dalam rasa cemas yang berlebihan. Beberapa faktor yang menyebabkan kita berlarut-larut dalam masalah yang seharusnya tidak perlu:
Perasaan ini muncul karena faktor psikis yang melanda orang-orang seumuran kita ini yang menuju masa dewasa, entah apa penyebabnya karena saya kurang begitu tau. Tapi biasanya kita sendiri lah penyebabnya, dengan kata lain kita membuat masalah sendiri dalam pikiran kita kemudian terlarut dalam rasa cemas yang berlebihan. Beberapa faktor yang menyebabkan kita berlarut-larut dalam masalah yang seharusnya tidak perlu:
Problem dengan teman
Remaja sering dipusingkan dengan teman-teman sendiri. Di satu pihak mereka sangat butuh teman untuk jadi tempat curhat, ketawa ketiwi, rame bareng, main, gaul, atau jadi kebanggaan tersendiri kalau bisa gabung dengan teman-teman itu. Tapi di lain pihak, teman-teman yang sama bisa jadi persoalan ketika mulai ada ketidaksamaan yang sulit dijembatani tanpa menipu diri. Biasanya masalah-masalah tersebut selalu di mulai karna sifat “engga enak” nah ini dia salah satu penyebab besar penghambat kita untuk maju dalam pencarian jati diri atau bahkan dalam hal besar lainnya, seperti kreatifitas dan pergaulan positif lebih luas.
Problem cinta
Jatuh cinta tidak selalu berjuta rasanya, karena banyak lika liku yang dihadapi. Jangan anggap remeh urusan patah hati, karena moment itu bisa membuka pintu berbagai persoalan yang selama ini ditekan, disembunyikan, diabaikan, dsb. Gaees.. sering kita lihat berita-berita di media banyak remaja seusia kita mengakhiri hidupnya (bunuh diri) karena hal yang semestinya indah, cinta. Cinta di usia kita memang penuh pesona namun rumit. Usia kita sewajarnya tidak perlu “seru-seru” untuk perihal cinta. karena biasanya malah menimbulkan hal-hal negatif. Cukuplah kita menikmati masa itu dengan penuh kebahagiaan dari aspek positif tentunya dan tidaklah untuk membebani “batin” kita.
Peoblem keluarga
Broken home salah satu faktor besar yang mengubah anak-anak se usia kita perubahan
itu bisa positif atau negatif, tergantung ke arah mana kita meluapkan
keresahan-keresahan itu. Namun kebanyakan korban brokent home berprilaku
negatif pada umumnya. Seperti pada artikel sebeumnya mengenai korban brokent home tidak sedikit juga yang
menjadikan keresahan itu menjadi lecutan motivasi untuk jalan kesuksesannya. Lebih
lengkapnya bisa klik link ini (kisah sukses anak brokent home)
Remaja sering bingung
dengan diri sendiri. Keinginan banyak, realisasi kurang.remaja juga sering
bertanya, “kenapa kok gue beda dengan dia?” “Kenapa gue selalu nggak PD ?”
“Kenapa sih gue selalu berubah-ubah? Kenapa emosi gue tidak stabil?” Dan masih
banyak persoalan yang berakar dari dalam diri.
“Mekanisme
Pertahanan Diri”
Jangankan remaja, orang dewasa sekalipun
banyak yang tidak sukses mengelola problem-problem tersebut. Tidak jarang,
cara-cara yang dilakukan untuk mengatasi problem malah menimbulkan problem
baru.
Krisis dan masalah sering membuat perasaan kita jadi tidak enak, gelisah, sedih, marah, dsb. Hampir dipastikan ada reaksi spontan dari dalam diri untuk mengatasi ketidaknyamanan itu. Mulai dari tindakan ringan sampai ekstrim. Masalahnya, apakah tindakan itu menyelesaikan masalah, atau sekedar mengobati perasaan; atau keduanya, atau tidak keduanya – alias, tidak menyelesaikan masalah dan tidak juga mengobati perasaan.
Krisis dan masalah sering membuat perasaan kita jadi tidak enak, gelisah, sedih, marah, dsb. Hampir dipastikan ada reaksi spontan dari dalam diri untuk mengatasi ketidaknyamanan itu. Mulai dari tindakan ringan sampai ekstrim. Masalahnya, apakah tindakan itu menyelesaikan masalah, atau sekedar mengobati perasaan; atau keduanya, atau tidak keduanya – alias, tidak menyelesaikan masalah dan tidak juga mengobati perasaan.
Beberapa cara yang umum
dilakukan saat remaja mengalami krisis :
- Makan,
nonton, jalan-jalan
- Mengurung
diri and do nothing, hanya melamun, menangis, mengkhayal
- Marah-marah,
berantemin orang-orang dan melampiaskan emosi pada orang lain atau pada
benda-benda di sekelilingnya
- Makin
gencar ollah raga dan aktivitas fisik lainnya, seperti renang, tennis,
lari, bersepeda, naik gunung, martial art, dsb
- Tidur
- Curhat
dengan teman,sms, fb-an, menelpon sana sini
- Baca
buku, prakarya , main musik, ciptain lagu dan syair, bikin puisi,
menggambar, membuat kue, memasak, berkebun, menulis buku harian, dsb
- Beres-beres
dan bersih-bersih
- Merokok
- Mabuk-mabukkan
dan menggunakan narkoba
- Mengurus
hewan peliharaan
- Mengurus
/ utak atik mekanik mobil, motor atau mesin atau bahkan bikin perabotan
kecil-kecilan
- Self-sabotage
/sabotase diri, seperti tidak makan, tidak mau belajar, tidak
sekolah/kuliah, tidak mau mandi, dsb
- Pornografi
dan gameografi
Masih banyak reaksi
tindakan lain, namun kalau dikategorikan sebenanrnya hanya ada 2 macam :
destruktif atau konstruktif. Yang destruktif jelas merugikan diri sendiri dan
sudah tentu merepotkan orang lain; sebaliknya, yang konstruktif memberikan efek
positif paling tidak bagi diri sendiri. Emosi surut, ada hasil yang bisa
dinikmati pula, apalagi jika orang lain juga kena manfaatnya.
Masalahnya, tidak semua remaja bisa punya cara konstruktif. Jaman sekarang ini, kegiatan positif seperti mengerjakan hobi dan ketrampilan, sepertinya sudah banyak ditinggalkan, dan diganti dengan hang out untuk sekedar jalan-jalan, nonton, gossip, main game dan on line game, browsing internet, atau tidur-tiduran. Tanpa sadar, miskinnya kegiatan ini membuat anak se usia kita bukan saja jadi malas, tapi jadi nggak percaya diri ketika berhadapan dengan masalah.
Tentu saja dengan ini kita mudah panik dan cemas, takut dan bingung kalau tiba-tiba kena masalah. Biasanya, kita mencoba mengandalkan bantuan teman-teman; ya kalau punya teman. Celakanya kalau tidak punya teman, mau bicara sama siapa? Mau minta tolong sama siapa? Yang punya teman pun belum tentu problemnya bisa beres karena teman-teman kita kebanyakan berkebiasaan yang sama. Makan, nonton, jalan, shopping, gossip, gaming, nongkrong..solusi apa yang bisa muncul dari situ? Hiburan sesaat mungkin ya, tapi bukan solusi. Bahkan kalau dipikir panjang, kebiasaan-kebiasaan itu kan mahal, butuh biaya. Jadi bisa kebayang, kalau reaksi tindakan tersebut bakal tidak efektif selain mahal, juga tidak memberi jalan keluar.
Sementara, remaja-remaja yang punya kebiasaan dan kegiatan konstruktif, menyalurkan emosi dan keresahan pada kegiatannya tersebut. Secara psikologis, ketika emosi tersalur dengan cara dan media positif, tidak sekedar membantu menenangkan pikiran, meredakan ketegangan dan menurunkan stress. Kegiatan konstruktif justru membantu otak membuka kebuntuan-kebuntuan alternatif. Dikala emosi disalurkan dan dikelola secara positif, otak tetap aktif bekerja sehingga sering kita menemukan jawaban atas pertanyaan diri, menemukan sudut pandang baru atas masalahnya, melihat makna dan tujuan, bahkan melihat beberapa alternatif jalan keluar yang bisa dicoba. Maka, lain halnya, kalau badan dan otak di pasif-kan.
Apa akibatnya kalau masalah dibiarkan berlarut-larut?
Beberapa keluhan yang
sering dialami remaja, seperti sulit konsentrasi, kehilangan motivasi dan
semangat, nilai pelajaran turun, dijauhi teman, makin suka mengkhayal dan
berfantasi, terlibat hubungan homoseksual atau lesbian, kecanduan minum atau
drugs, pornografi, onani/masturbasi, depresi, hingga terlibat tindakan yang
bisa membahayakan jiwa dirinya seperti ingin bunuh diri atau membahayakan orang
lain, seperti agresi. Masalahnya, dengan tidak melakukan apa-apa, masalah tetap
ada bahkan bertambah kompleks karena ketambahan masalah harian lain. Nah, kalau
sudah begini, tentu saja remaja merasa masalah lebih besar dari dirinya. Remaja
makin merasa terbeban, tertekan, inferior dan stress. Kerentanan ini lah yang
menyebabkan remaja gampang sekali kena bujuk entah ikut kelompok radikal atau
terjerumus dalam tindakan melanggar hukum, serta terjerat lingkaran narkoba.
Menghadapi pertanyaan orang tua, terutama, menjadi masalah yang luar biasa besarnya. Remaja jadi kian sensi jika orang tua mulai khawatir dan sering memberi wejangan. Yang sering terjadi, remaja merasa orang tua tidak mau mengerti, sementara orang tua merasa anaknya tidak mau terbuka. Komplit sudah masalahnya!
Menghadapi pertanyaan orang tua, terutama, menjadi masalah yang luar biasa besarnya. Remaja jadi kian sensi jika orang tua mulai khawatir dan sering memberi wejangan. Yang sering terjadi, remaja merasa orang tua tidak mau mengerti, sementara orang tua merasa anaknya tidak mau terbuka. Komplit sudah masalahnya!
Sedikit berbagi, dari
obrolan gue (author) dengan seorang yang sering memberikan wejangan dan
pengalaman hidupnya di tiga jaman.
Apa yang bisa dilakukan
remaja jika dirinya mengalami masalah?
Teman tidak selalu
pihak yang tepat, apalagi jika hanya mengkonfirmasi hal-hal yang ingin di
dengar. Teman seperti ini, hanya menambah pikiran dan beban emosional, tapi
belum tentu punya solusi. Carilah orang yang mungkin saja punya pendapat dan
jalan pikiran yang beda. Perbedaan itu membuat otak berpikir kritis dalam
membaca persoalan, sehingga sedikit demi sedikit diperoleh gambaran yang
obyektif akan apa yang sebenarnya terjadi. Cara ini membantu menentukan
tindakan apa yang sebaiknya dilakukan.
Hanya, ada catatan penting, bahwa pola ini efektif membawa hasil jika ada kerendahan hati untuk mau mengakui dan bisa melihat sikap/tindakan diri sendiri yang menyebabkan terjadinya masalah. Gaees.. pernah denger kan pepatah “bergaul dengan penjual ikan akan ikut berbau amis ikan dan bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut terbawa harum” kadang sikap selektif macam ini sering terhadang oleh sikap keterbukaan dan pergaulan tidak memandang bulu. Namun, pada hakikatnya sikap ini cerminan nurani manusia dalam membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya.
Hanya, ada catatan penting, bahwa pola ini efektif membawa hasil jika ada kerendahan hati untuk mau mengakui dan bisa melihat sikap/tindakan diri sendiri yang menyebabkan terjadinya masalah. Gaees.. pernah denger kan pepatah “bergaul dengan penjual ikan akan ikut berbau amis ikan dan bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut terbawa harum” kadang sikap selektif macam ini sering terhadang oleh sikap keterbukaan dan pergaulan tidak memandang bulu. Namun, pada hakikatnya sikap ini cerminan nurani manusia dalam membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya.
Bergerak dan
mengusahakan sekecil apapun tindakan, akan membawa perbedaan besar. Meskipun
usahanya mentok, bukan berarti gagal, malah memberi pengetahuan baru bahwa
perlu cara lain untuk melangkah berikutnya. Nah ini dia yang suka keliru
dikalangan kita. Saat ujian hidup datang sering kita seakan menyalahkan keadaan
dan cenderung mengutuki nasib lalu pada akhirnya berjalan jauh dengan tuhan. gaess.. sama halnya dengan sekolah, kalo
kita ingin naek kelas so pasti kita ikut ujian dulu kan??. Nah hidup jua
seperti itu kiranya ada lika-liku ujian kehidupan. “Tuhan menguji kita karena
dia sayang dan mau mengangkat drajat kita” begitulah ujar lelaki tua itu. Sikap
positif dan tetap dijalan yang benar intinya.
Prinsip yang harus di
yakini, bahwa selama hidupnya, manusia pasti menghadapi masalah karena dari
masalah kita belajar menjadi bijak, pandai dan dewasa. Jadi, krisis dan masalah
bukanlah akhir dari segalanya, tapi awal dari perjalanan, bekal dalam menempuh
petualangan hidup. Carilah segi positif dari masalah yang sedang dihadapi,
pasti ada manfaat di balik semua ini.
Tanpa sadar, banyak
dari kebiasaan dan rutinitas yang malah memacetkan pertumbuhan kedewasaan dan
penemuan diri. Rutinitas memang membuat nyaman, tapi jadi tidak sehat kalau
kita takut merubah kebiasaan hanya karena takut kehilangan kenyamanan atau cemas
menghadapi ketidakpastian dari sesuatu yang baru. Jujur aja gaess.. soal kenyamanan ini gue kurang
paham tapi gue yakin kalian bisa paham maksudnya hehehe maaf.
Dan sedikit pelajaran
dari obrolan itu gue mendapatkan rangkuman subjektif dari diri gue sendiri.
Membuka jalur-jalur
komunikasi yang baru, merintis jalur kegiatan baru dan membuka diri terhadap
orang-orang yang punya kepribadian positif. Se usia kita bisa banyak belajar
dari orang-orang yang jauh lebih matang dalam kepribadian dan pengalaman;
karena orang-orang itu juga pernah jadi remaja dan mengatasi kompleksitas
kehidupan mereka saat itu.
ku berlari mengejar mimpi untuk hari ku kini dan nanti ku melangkah tentukan arah demi sebuah harapan ku disini terus melangkah walau raga ku rasa lelah jiwa ini tidak akan beranjak sebelum semuanya kudapat dan ku coba untuk meraihnya semua indah pada waktunya kini ku berdiri ditengah dunia adakah harapan disana? langit pun terdiam melihat ku disini yang terus berlari demi sebuah mimpi.
Gue disini, membuat Tulisan ini tidak untuk menggurui tapi sekedar berbagi keresahan dari berbagai sudut pandang dan untuk saling menyemangati satu sama lain. Saling mengingatkan dan menguatkan (berasa Mario Teguh lagi aja nih gue :p). mohon maaf bila banyak kekurangannya dari artikel ini yang sejujurnya curhatan keresahan-keresahan gue. Terus berkreasi dan mari kita banggakan orang-orang yang kita sayangi. Akhir kata saya ucapkan SEMANGAT!
SUMBER:
http://www.erfan.ir
http://wikipedia.org
No comments:
Post a Comment