Karena Semua Dimulai Dengan Dibaca

BACA

Sunday, 29 April 2018

TAKUT


DEMI memperoleh kebahagiaan, kita diajarkan untuk selalu bersikap positif terhadap kehidupan… dan bersyukur adalah salah satu cara utamanya. Namun banyak dari kita yang justru terjebak dalam kesombongan dan ketakutan. Rasa syukur yang semestinya murni, tulus, dan meringankan batin malah membuat kita tanpa sadar menjadi lebih picik lagi pamrih akan banyak hal. Menjadi tak sebaik yang kita kira.

Secara sederhana, rasa syukur kita maknai sebagai sikap berterima kasih yang bernuansa spiritual. Karena ekspresi bersyukur identik dengan kondisi-kondisi dalam kehidupan kita saat ini; berkah serta anugerah; maupun hal-hal yang dirasa terlampau besar untuk diberikan atau dilakukan oleh sesama manusia. Itu sebabnya, rasa syukur diekspresikan kepada tuhan, dewata, atau pun alam semesta. Tergantung keyakinan masing-masing. Sialnya, rasa syukur selalu diremukan oleh takut yang ber-ke-takut-an. Contoh; ketika kita mendapatkan kekasih yang selama ini memang terus ditunggu dan dicarai hadirnya, rasa takut selalu berbanding lurus dengan rasa syukur. Sesuatu yang terjadi memang selalu punya dua sisi.

Hidup memang penuh dengan pilihan, seperti juga memilih dengan siapa kita menghabiskan waktu. Terutama waktu luang yang keberadaannya sangat berharga, karena itulah saat kita benar-benar menjadi diri kita sendiri, lepas dari kungkungan pekerjaan, itulah hal yang kita syukuri dengan konsekuensi kita harus siap takut kala kita sedang berjalan sendiri.

Beberapa waktu lalu, seseorang berkata kepada Saya, jangan pernah mempermasalahkan masa lalu orang yang sedang didekati. Biarkan masa lalu itu menjadi pembentuk dirinya yang sekarang, yang sedang kita hadapi.

Toh yang kita punya dengan orang ini adalah masa sekarang, saat kita sedang menghabiskan waktu dengannya, dan syukur-syukur masa depan, saat kita menghabiskan hari tua dengannya, yang terpenting adalah; jangan bawa seseorang dari masa lalu itu ke kehidupan sekarang. Jangan!😖

Yang penting adalah kualitas waktu yang dihabiskan dengan orang tersebut. Dan karena kualitas kadang datang tak tentu, maka it’s okay not to rush. Sembari dicari, dia pasti datang. Dan jangan khawatir tentang masa lalunya, karena apapun itu, semua yang terjadi di masa lalu telah membentuk dirinya seperti sekarang yang Anda lihat.

Termasuk mantan-mantannya yang telah membentuknya.

Lalu mari kita kembali bahas syukur dan Takut. Rumusnya begini; Rasa Syukur seperti tanda penjumlah (+) dalam sebuah peristiwa, sedangkan TAKUT adalah hasil (=) dari hal-hal yang ditambahkan oleh rasa syukur itu.

--
Lalu? Takut kehilangan sesuatu yang tak pernah benar-benar dimiliki.

Sudah tepat dan pantaskah kita takut, pada hal-hal yang kita takuti selama ini?

Mana yang sebenarnya lebih menakutkan, kematian, atau kehidupan itu sendiri?

No comments:

Post a Comment